Macet merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan oleh Indonesia dan hingga saat ini pun kemacetan malah semakin meningkat seiring dengan meningkatnya angka penjualan kendaraan bermotor, melihat kondisi ini maka Jepang ajari Indonesia cara mengatasi kemacetan. Bagaimanakah cara Jepang untuk mengatasi masalah kemacetan?
Inilah 5 Cara Atasi Macet yang Diajarkan Oleh Jepang
Penyebab terjadinya kemacetan di berbagai negara adalah peningkatan volume kendaraan yang tidak dibarengi dengan peningkatan jalan raya. Untuk melakukan penambahan jalan raya memang sangat sulit karena keterbatasan lahan, sehingga hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kemacetan adalah dengan mengontrol peningkatan jumlah volume kendaraan. Hal ini telah dipraktekkan secara sukses oleh Jepang untuk mengatasi masalah kemacetan di negaranya. Makanya tidak heran kalau Indonesia diajari Jepang cara mengatasi kemacetan. Apa sajakah cara untuk mengendalikan jumlah volume kendaraan yang semakin meningkat?
1. Pembatasan tingkat emisi setiap kendaraan
Setiap kendaraan di Jepang ditempeli sticker sertifikasi uji emisi, sticker ini dilengkapi dengan masa berlaku dan batas waktunya. Jika mobil ini melewati batas waktu yang telah ditentukan maka polisi akan menilangnya. Setiap mobil yang baru dibeli di Jepang terlebih dahulu harus dilakukan uji emisi dan biasanya batas waktu uji emisi pertama ini adalah 3 tahun kemudian setiap 2 tahun setelahnya. Hasil uji emisi ini berupa data emisi yang telah dikeluarkan kendaraan dan juga suku cadang yang harus diganti untuk meningkatkan performa kendaraan. Pada proses ini biasanya membutuhkan biaya yang cukup besar dan bahkan bisa melebihi biaya untuk membeli mobil baru, sehingga banyak orang Jepang yang lebih memilih untuk membuang mobil tua mereka dan menggantinya dengan mobil yang baru. Jadi volume mobil yang ada di jalanan tetap konstan tidak mengalami peningkatan tajam. Inilah cara Jepang mengatasi kemacetan lalu lintas.
2. Pengaturan pajak
Di Jepang pengaturan pajak kendaraan cukup unik karena semakin tua kendaraan maka pajaknya akan semakin tinggi karena kendaraan tua dapat mengeluarkan emisi lebih banyak dan dapat mencemari lingkungan lebih besar. Dengan adanya pengaturan pajak seperti itu maka orang Jepang lebih memilih membeli mobil baru dari pada harus membayar pajak lebih besar. Kendaraan-kendaraan yang telah tua itu dihancurkan dan didaur ulang kembali, namun sang pemilik mobil juga harus mengeluarkan uang untuk menghancurkan mobilnya sehingga orang Jepang semakin malas untuk memiliki mobil pribadi.
3. Parkir mahal
Biaya parkir perbulan di apartemen Jepang sekitar 20.000-25.000 Yen atau setara dengan 2,5-3 juta rupiah. Sedangkan parkir ditempat-tempat umum menggunakan sistem koin per jam, yaitu sekitar 200 yen per jam yaitu setara dengan 25.000 rupiah per jam. Inilah salah satu cara Jepang ajari Indonesia atas kemacetan.
4. Biaya tol mahal
Biaya untuk melewati sebuah tol di Jepang, yaitu sekitar 900-1000 yen atau sekitar 100 ribu rupiah. Jika bepergian cukup jauh maka biasanya melewati hingga tiga tol maka dapat dipastikan berapa biaya tol saja yang harus dikeluarkan untuk pulang dan pergi dari bepergian.
5. Sarana transportasi umum yang sangat baik
Jepang memiliki sarana transportasi sangat baik, mulai dari kereta api hingga bus. Semua sarana transportasi ini sangat nyaman, informatif, teratur, selalu tepat waktu, dan juga sangat murah. Kereta api selalu datang setiap 5 menit sekali sehingga para penumpang tidak perlu menunggu lama datangnya kereta berikutnya. Perjalanan dari Shinjuku hingga Enoshima hanya memakan biaya 610 yen yaitu sekitar 65.000 rupiah padahal kedua kota itu berada diprovinsi yang berbeda. Kemudahan, kenyamanan, kecepatan, dan biaya yang murah ini dapat menarik minat orang Jepang untuk menggunakan transportasi umum dari pada harus menggunakan mobil pribadi.
Itulah beberapa informasi seputar cara Jepang untuk mengatasi kemacetan dan Jepang ajari Indonesia cara mengatasi kemacetan.
2 Komentar untuk "Jepang Ajari Indonesia Cara Mengatasi Kemacetan"
ini jepang mengajari indonesia secara resmi atau cuma karangan admin aja? mungkin judul yg tepat "Indonesia harus contoh jepang blablabla"
tapi bulannya jepang juga suka macet? apalagi diibukotanya? lagian kalo lima kriteria itu negara lain juga bisa. kaya ga ada contoh yg lebih baik aja selain jepang jepang jepang.......
SOLUSI JITU MENGATASI KEMACETAN
Walaupun konsentrasinya untuk mengatasi kemacetan jalan raya, tapi jika solusi ini diterapkan, maka akan sangat mempercepat laju pertumbuhan dan kemajuan di seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, baik di bidang (ekonomi, sosial, politik, pemerintahan, pertahanan dan keamanan, ideologi, budaya, IPTEK, dll).
Selama ini berbagai cara dan upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi kemacetan jalan raya khususnya di ibukota Jakarta, dengan mengeluarkan biaya yang teramat sangat besar,
Mulai dari pelebaran dan penambahan ruas jalan, pembangunan jalan layang, pengadaan (bus trans jakarta, KRL), penerapan 3 in 1, dan berbagai upaya lainnya,
Namun upaya tersebut seakan sia-sia, dalam hal mengatasi kemacetan jalan raya.
Padahal solusinya sangat mudah, sangat murah, dan sangat cepat untuk bisa direalisasikan, tinggal masyarakat mau atau tidak menerapkannya? Atau pemerintah tegas atau tidak untuk menerapkan solusi ini?
Yaitu dengan menerapkan "Sistem Rolling Shift" di seluruh bidang (usaha, pekerjaan, perkantoran, perdagangan, industri, pendidikan) menjadi 3 Shift,
Misalnya :
Shift I dari pukul 08:00 s/d 16:00
Shift II dari pukul 16:00 s/d 00:00
Shift III dari pukul 00:00 s/d 08:00
Dengan pembagian 3 Shift ini, maka aktifitas warga masyarakat akan terbagi menjadi 3,
yaitu :
1/3 sedang aktif bekerja/belajar
1/3 sedang istirahat/tidur
1/3 sedang santai/berlibur
Dengan begitu maka akan didapatkan manfaat sebagai berikut :
1. Tidak akan pernah ada kemacetan
2. Semua pekerja/pelajar tepat waktu
3. Tidak ada waktu terbuang di jalan
4. Produktifitas masyarakat meningkat
5. Kesehatan dan kecerdasan masyarakat meningkat
6. Terbuka peluang kerja minimal 100% karena setiap bidang usaha dan pekerjaan pasti menambah tenaga kerja untuk bisa beroperasi 3 shift.
7. Tidak ada lagi pengangguran
8. Kesejahteraan masyarakat meningkat
9. Keselamatan, keamanan, kenyamanan, ketertiban, kerapihan, kebersihan dan keindahan kota jauh lebih terjamin.
10. Layanan masyarakat menjadi lebih maksimal dan optimal.
11. Kota besar (Jabodetabek) menjadi hidup selama 24 jam non stop.
12. Keharmonisan warga jauh lebih terjamin.
13. Perkembangan dan kemajuan bangsa dan negara akan jauh lebih cepat dalam segala hal.
14. Kontrol pemerintah terhadap aktifitas warganya jauh lebih mudah.
15. Tidak ada lagi warga masyarakat yang takut dengan gelapnya malam.
16. Seluruh tempat kerja/usaha dan pendidikan/sekolah jauh lebih berdaya guna.
17. Dan berbagai manfaat lainnya.