Kisah tentang Muhammad Al Fatih, sang penakluk Konstantinopel memang cukup terkenal tapi bagi yang belum terlalu tahu, kali ini akan ada pembahasannya. Muhammad Al Fatih sendiri dikenal sebagai seorang raja yang menguasai Kerajaan Utsmani, dan gelar Al Fatih yang ada di belakang namanya selalu melekat karena dialah yang telah melakukan penaklukan Kerajaan Romawi Timur yang selama 11 abad telah berkuasa. Dalam sejarah Bani Utsmaniah, ialah sultan ketujuh dan keberhasilannya dalam menaklukkan kawasan di Asia pun juga jadi salah satu kisah hebat.
Siapakah Dia Sebenarnya?
- Memiliki karakter pemimpin bukanlah sejak ia menjabat sebagai raja, tapi karakter tersebut sudah tertanam sejak kecil dan ia pun dididik dengan baik oleh sang ayah yang merupakan Sultan Murad II. Sejak kecil itulah ia ditempa oleh sang ayah untuk menjadi pemimpin di masa depan yang tangguh dan baik. Ia berhasil memahami ilmu fikih, mempelajari hadis-hadis, menyelesaikan hafalan Al-Qur’an 30 juz, belajar strategi perang, ilmu falak, serta matematika dengan sangat baik. Tidak ketinggalan juga bahasa Yunani, Latin, Persia, dan Arab pun dapat dikuasainya, maka tidak perlu heran kalau menginjak usia ke-21, ia sudah sangat fasih berbahasa tersebut. Pencapaian yang luar biasa sejak masih anak-anak bukan?
Muhammad Al-Fatih diamanati oleh sang ayah untuk menjadi pemimpin suatu daerah di bawah bimbingan para ulama meski usianya masih seumur jagung. Bukan untuk sengaja membuat si anak terbebani, tapi sang ayah ingin Sultan Muhammad untuk menyadari bahwa di masa depan ia akan memiliki tanggung jawab besar. Para ulama dihimbau untuk membimbingnya supaya pemikiran Sultan Muhammad dapat sejalan dengan pemahaman Islam yang tepat dan tidak melenceng.
- Menguasai Utsmani kemudian ternyata langsung membuat Sultan Muhammad II bersemangat mencanangkan program besar, yaitu menaklukkan Konstantinopel saat menjabat sebagai khalifah. Hal pertama yang ia lakukan untuk perwujudan dari apa yang telah dicanangkannya adalah melakukan kebijakan militer serta politik luar negeri secara strategis. Untuk misinya menaklukkan Konstantinopel, kesepakatan serta perjanjian yang sudah ia jalin dengan negara-negara tetangga dan para sekutu militer akhirnya diperbarui. Proses perjanjian yang diatur ulang tersebut memiliki tujuan di baliknya yaitu supaya pengaruh Kerajaan Bizantium Romawi bisa dihilangkan pada kawasan tetangga Utsmaniah dalam dua hal, baik militer maupun politik.
- Penaklukan Bizantium pun dilakukan di mana ada lebih dari empat juta prajurit yang disiapkan oleh Sultan Muhammad II untuk upaya pengepungan Konstantinopel dari darat. Tidak mudah untuk menerobos dan menguasai Bizantium, dan akhirnya dengan datang bersama 70 kapalnya sesudah meminyaki batang-batang kayu melalui Galata ke muara dan tidak sampai semalam bisa diselesaikan olehnya.
Kisah teladan Muhammad Al-Fatih belum selesai, Bizantium pun dibuat terkejut setengah mati karena di pagi harinya, mereka mampu menyeberang dan peperangan pun terjadi yang pada akhirnya kerajaan besar itu berhasil dikuasai oleh Sultan Muhammad II. Sejak itulah orang mengenalnya sebagai Sultan Muhammad Al-Fatih yang dapat menaklukkan Konstantinopel dengan mudah. Setelah itupun, Konstantinopel ia jadikan negeri Islam dengan mengubah namanya menjadi Islambul, kemudian berubah lagi menjadi Istanbul. Tidak hanya itu, masjid dibangun olehnya di makam sahabat, Abu Ayyub al-Anshari radhiyallahu ‘anhu yang terbunuh saat perang yang tidak sesuai dengan syariat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda bahwa kuburan tidak boleh dijadikan sebagai tempat ibadah, dan hal ini merupakan perbuatan terlarang.
Kesalahannya yang terakhir tidak lantas membuat kita melupakan jasa besarnya, maka kita perlu mendoakan agar Allah mengampuni kekhilafannya tersebut. Muhammad Al Fatih, sang penakluk Konstantinopel memberi amanat kepada putranya, Sultan Bayazid II sebagai penerus tahtanya sebelum wafat.
0 Komentar untuk "Muhammad Al Fatih, Sang Penakluk Konstantinopel"