Surat At-Taubah sendiri merupakan surat ke-9 yang ada di dalam Al-Qur’an. Nama lain dari surat ini adalah surat Baraah yang intinya di sini adalah adanya memutuskan hubungan karena ada pokok pembicaraan yang mayoritasnya adalah tentang pernyataan pemutusan perjanjian perdamaian yang dilakukan dengan kaum musyrikin. Bagi yang belum tahu, sejarah penurunan surat ini adalah pada saat setelah Rasulullah kembali dari perang Tabuk. Namun, alasan membaca Basmalah dilarang di dalam surat ini menjadi sesuatu yang patut untuk mendapat penjelasan, dan berikut ini ada beberapa pendapat yang bisa disimak.
Pendapat-pendapat Larangan Membaca Basmalah dalam Surat at-Taubah
Pendapat yang pertama menyatakan bahwa orang-orang Arab di zaman dulu sudah biasa jika diantara mereka terjadi perjanjian tertulis maka Basmalah akan dituliskan di sana juga, tapi kalau perjanjian tersebut akan dibatalkan, maka Basmalah tidak boleh dituliskan, diletakkan atau dibubuhi di awal pembatalan perjanjian tersebut. Ada utusan Rasulullah yang diamanahkan untuk membacakan surat at-Taubah saat surah itu turun, dan tentunya tidak boleh ada Basmalah yang disertakan di awalnya karena memang surat at-Taubah adalah tanda bahwa perjanjian antara Rasulullah dan kaum musyrikin tidak berlaku lagi.
Mengapa Surah at-Taubah tanpa Basmalah? Alasan kedua dikemukakan bahwa surat ini memiliki kesamaan dengan surat al-Anfal yang ada sebelumnya maka dinyatakan kalau surat at-Taubah ini termasuk lanjutan dari al-Anfal tersebut sehingga Basmalah tidak ditemukan pada awal surat tersebut. Bila meragukan dalil ini, silakan mengecek sendiri riwayat hadits dari imam Tirmidzi. Sedangkan untuk dalil ketiga, dinyatakan bahwa tidak adanya Basmalah di dalam surat at-Taubah adalah karena memang dekat dengan surat Al-Baqarah dan keduanya disebutkan mempunyai kemiripan, sehingga Basmalah tidak tertulis di sana, khususnya tidak dibubuhkan di awal surat.
Tidak dianjurkan membaca Basmalah ketika baca Al-Qur’an juga menjadi salah satu masalah. Tidak adanya Basmalah di dalam surat at-Taubah pun dijelaskan melalui pendapat keempat, yaitu bahwa pada zaman kholifah Utsman RA ada proses perbaikan mushaf dan pada waktu itu para penulis mushaf memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang apakah surat al-Anfal atau justru at-Taubah yang adalah satu surat atau dua surat yang tidak memiliki kesamaan. Jalan tengah yang diambil ternyata adalah surat at-Taubah dianggap sama dengan al-Anfal di mana keduanya merupakan dua surat yang tidak dituliskan Basmalah di dalamnya, yaitu pada awal surat. Seperti yang telah dijelaskan juga sebelumnya, at-Taubah dianggap lanjutan dari al-Anfal, sehingga segala sesuatunya saling berkaitan di sini.
Mengapa surat at-Taubah tanpa Basmalah juga menuai pendapat lain, yaitu pendapat kelima di mana mengutip salah satu riwayat tentang hal ini di mana jawabnya adalah karena Basmalah memiliki arti perdamaian dan keamanan, sedangkan penurunan surat at-Taubah adalah di waktu perang. Ada makna rahmat kasih sayang yang disiratkan oleh Basmalah, dan seperti yang bisa kita tebak, surat at-Taubah isinya penuh dengan sanggahan, kecaman dan segala kemunafikan berikut juga kisah tentang orang-orang kafir, maka tidak adanya Basmalah bisa diartikan bahwa tidak ada bagi mereka rahmat.
Demikianlah hal-hal yang dijelaskan di atas merupakan pendapat dan alasan tentang mengapa Basmalah tidak tertulis di awal surat at-Taubah. Meski memang larangan tersebut masih diperbincangkan dan para ulama pun juga ada yang masih berselisih akan hal ini, semoga apa yang menjadi penjelasan di atas sudah menjadi dalil yang cukup akan larangan membaca Basmalah dalam Surat At-Taubah.
0 Komentar untuk "Larangan Membaca Basmalah dalam Surat At-Taubah"