Meskipun kita sama-sama tahu bahwa Jepang merupakan sebuah negara maju yang amat berkembang di bidang teknologi, Jepang yang sekarang merupakan bentuk reformasi secara menyeluruh sejak jatuhnya bom atom yang dilemparkan oleh Amerika di tahun 1945, pada masa-masa akhir Perang Dunia kedua. Meski begitu, Jepang berhasil bangkit. Dan kali ini kita akan lihat, kenapa hal itu bisa terjadi.
Yuk, Intip Kebiasaan-Kebiasaan Positif Orang Jepang yang Bisa Kita Tiru di Kehidupan Sehari-Hari
Ketika mendengar nama Jepang, mungkin kita akan langsung terbayang negara yang mampu membuat robot, atau bahkan mampu menciptakan sebuah patung dari seri film kartun terkenal di sana, yaitu Gundam. Tapi ternyata, banyak kebiasaan positif orang Jepang yang bisa kita ambil dan praktekkan pada kehidupan kita sehari-hari di Indonesia. Dan kali ini, kita akan sama-sama membahasnya.
1. Kebiasaan Membaca
Ini adalah salah satu hal yang paling mudah ditemui di Jepang. Ketika kita bepergian menggunakan kereta listrik atau yang disana lebih dikenal dengan nama densha, kita bisa melihat ada banyak orang yang tidak lepas dari buku mereka, baik anak kecil maupun orang yang sudah dewasa. Kebiasaan membaca di kereta ini juga terlepas dari posisi mereka baik berdiri ataupun duduk, mereka akan memanfaatkan waktu mereka di kereta untuk membaca. Ini adalah kebiasaan baik yang dimiliki orang Jepang yang sedikit sulit kita temui di Indonesia. Memang ada, tapi tidak banyak.
Kebiasaan membaca ini merupakan sebuah kebiasaan yang harusnya sudah ditanamkan oleh orang tua sejak kecil, sehingga anak akan menjadi gemar membaca. Tapi sayangnya tidak, karena masih banyak orang tua yang merasa tidak mau repot dan lebih memilih memberi anak mereka uang untuk pergi ke warnet dan bermain tanpa pengawasan.
2. Hidup Hemat
Yuk, intip kebiasaan-kebiasaan positif orang Jepang yang berikutnya, yaitu kebiasaan untuk hidup hemat. Orang Jepang biasanya memiliki sifat anti-konsumerisme yang kemudian mereka terapkan dalam berbagai bidang di hidupnya. Akan banyak ditemukan orang-orang Jepang yang menyerbu supermarket pada pukul 19:30, hal ini dikarenakan setengah jam sebelum mereka tutup biasanya mereka akan melakukan diskon hingga 50% untuk makanan-makanan dan hal lainnya.
3. Budaya Malu
Hal yang amat lekat pada kebudayaan orang Jepang adalah rasa malu mereka yang tinggi. Banyak ditemukan transkrip-transkrip sejarah tentang orang-orang yang melakukan harakiri (bunuh diri dengan cara menusukkan pisau ke daerah perut sendiri) hanya karena mereka kalah perang dan malu akan hal itu. Hingga kini, harakiri masih “dilakukan” dengan cara yang tidak begitu berbahaya, yaitu dengan mundur dari jabatannya. Meski begitu, tidak jarang masih ditemukan kejadian bunuh diri terutama oleh murid-murid yang merasa nilainya tidak cukup baik dan merasa malu untuk memberi tahu hal tersebut pada orangtua mereka.
4. Hidup Mandiri
Banyak anak-anak Jepang yang sudah diajarkan untuk mandiri sejak kecil. Di tingkat taman kanak-kanak di Jepang, biasanya mereka sudah dilatih untuk membawa peralatan mereka sendiri, dan mereka juga sudah diharapkan bertanggung jawab akan barang yang menjadi kepemilikan mereka sendiri. Karena ini juga, banyak ditemui siswa-siswa yang sudah bekerja part-time.
Poin terakhir juga menjadi akhir dari artikel ini, dan semoga kita sama-sama bisa mengambil hasil yang baik dari ajakan pertama tadi. “Yuk, intip kebiasaan-kebiasaan positif orang Jepang!”
3 Komentar untuk "Yuk, Intip Kebiasaan-Kebiasaan Positif Orang Jepang"
mencontoh boleh tapi jangan sampai terobsesi, kalau sudah begitu gawat. pandangan kita akan suatu negara ga akan objektif yang ada di pikiran bagus terus. contoh nya kaya artikel ini, padahal hampir semua negara didunia punya sifat sifat itu. mengenai kebiasaan membaca, ada survey yang membuktikan kalau kebiasaan membaca di amerika dan asia timur "baru" sebatas mengalami peningkatan saja, bukan jadi "budaya lama" seperti yang dilakukan oleh orang eropa. tuh kan ga objektif, dan akui saja orang Indonesia kalau dengar kata "jepang" atau "jepang punya" langsung jadi gila, padahal ga perlu segitunya lah... sekali lagi l, mencontoh bileh tapi jangan sampai terobsesi
Aku lebih suka budaya bacanya tu, !
Budaya malu terpenting