Ternyata Bahasa “4alay” Sudah Ada Sejak 1835

Ketika anda mendengar anak remaja saat ini berbicara atau menulis di media sosial dengan bahasa gaul (baca:4lay) antar mereka, pasti Anda mengerenyitkan kening dan berpikir “bahasa apa sih itu?” walau tanpa sadar pasti Anda pun terpengaruh dan sedikit banyak memakai bahasa ini dalam percakapan sehari-hari. Istilah bahasa 4lay sendiri baru populer sekitar 3-4 tahun ke belakang dan ditunjang oleh ramainya fenomena media sosial terutama di kalangan remaja. Tapi tahukah Anda bahwa ternyata bahasa “4alay” sudah ada sejak 1835? Aneh bukan, siapa yang mempelopori dan bagaimana sejarahnya ?

Ternyata Bahasa “4alay” Sudah Ada Sejak 1835

Ternyata Bahasa 4lay Sudah Ada Sejak 1835, Benarkah? Ini Buktinya
1. Menurut pakar bahasa dari Badan Pengembangan dan Pembinaan bahasa RI, Wisnu Sasongko, ternyata bahasa gaul sudah ada sejak 1835 dan ditemukan pada naskah jawa kuno berjudul “Angling Dharma”. Dalam bahasa jawa kuno, sebutan untuk kanjeng ratu seharusnya di tulis menggunakan kata “Ro”, “To”, dan “Wulu”. Namun dalam naskah tersebut, panggilan kepada ratu disingkat hanya dengan kata “Ro” sebanyak tujuh kali atau “pitu” sehingga tercipta pelafalan “R-tu” yang akhirnya berubah menjadi “Ratu” sampai ke zaman ini.

2. Walaupun bibit bahasa alay ternyata sudah ada sejak 1835, namun perkembangannya sendiri tidak diketahui sampai sekitar tahun 1970-an. Fenomena di tahun tersebut adalah munculnya bahasa gaul dikalangan pelajar, remaja, dan mahasiswa di ibukota yang populer disebut “prokem” dimasa itu. Mungkin anda ingat beberapa kosakata prokem yang masih sering dipakai hingga sekarang seperti “nyokap, bokap, kece, doku, katro, ogut, resek, dsb”. Pada tahun 70-an bahasa ini berkembang secara rahasia di lingkungan komunitas dan menjadi sarana komunikasi kelompok karena seringkali dianggap remeh dan dituduh merusak bahasa Indonesia. Namun, lama kelamaan banyak masyarakat mengadaptasi bahasa ini dan menjadi populer sebagai bahasa sehari-hari.

3. Perkembangan bahasa prokem berubah seiring zaman dan ketika media sosial mulai jadi sarana berkomunikasi yang hits, muncul fenomena bahasa 4alay di kalangan remaja dan pelajar. Pergeseran struktur kata, pelafalan, dan cara penulisan memunculkan kosakata baru yang membuang jauh keformalan berbahasa Indonesia. Contoh bahasa alay yang banyak digunakan misalnya kata “serius” diubah jadi ciyus, “iya” jadi eaa, “siapa” jadi capa, “beneran” jadi enelan, “kamu” jadi amuh, dsb. Sebenarnya agak menggelikan karena meniru pelafalan balita yang masih cadel alias belum fasih bicara. Cara penulisan pun tak luput dari keisengan alay ini. Contoh kata “alay” jadi 4l4y, “tempat” jadi t4, “ditambahin” jadi di+in, dsb. Anak-anak alay ini juga dikenal sebagai komunitas galau yang senang sekali mengumbar keluh kesah dan perasaan mereka lewat status dan tulisan di akun media sosial dan menjadikan hal-hal tersebut sebagai identitas dalam pergaulan.

4. Walaupun banyak yang beranggapan bahasa alay gaul ini merusak tatanan berbahasa Indonesia yang benar, banyak pakar menilai bahasa alay senantiasa ada di setiap zaman. Cara manusia berbahasa dari zaman ke zaman akan dipengaruhi oleh banyak faktor dan bahasa gaul pasti akan mengalami perubahan seiring waktu. Namun tak perlu khawatir karena eksistensinya sendiri hanya sesaat dan tak pernah bertahan lama.

Demikian sejarah bahasa gaul di Indonesia dan ternyata bahasa “4lay” sudah ada sejak 1835, Jika kebetulan mendengar orang dekat Anda berbicara bahasa ini, tak perlu heran karena memang sudah ada bibitnya sejak dahulu kala dan pastinya akan terus berubah seiring zaman.
0 Komentar untuk "Ternyata Bahasa “4alay” Sudah Ada Sejak 1835"

Back To Top