Indonesia adalah negara dengan penuh keberagamannya, baik itu dalam hal agama ataupun suku. Keberagaman ini tidak menjadi halangan bagi masyarakat Indonesia untuk tetap menghormati dan menghargai. Karena pastinya setiap orang memiliki perbedaan satu sama lain. inilah cara menyikapi perbedaan paham dan agama dalam islam.
Bagaimana Cara Menyikapi Perbedaan Paham dan Agama dalam Islam?
Dalam kehidupan perbedaan paham bukanlah hal yang mengherankan. Perbedaan ini telah ada sejak zaman dahulu. Bahkan sudah banyak kitab-kitab yang menyinggung mengenai perbedaan pandangan pada argumentasi masing-masing. Dalam islam terdapat empat mahzab yang besar, namun banyak di antara para sahabat yang tidak membatasi diri untuk menafsirkan sesuatu sesuai dengan pahamnya.
Berikut beberapa sikap yang dapat dilakukan sebagai cara menyikapi perbedaan paham dalam agama:
1. Sikap toleransi
Sikap ini sangat diperlukan dalam perbedaan pendapat agar masing-masing di antaranya tidak merasa yang paling benar. Karena kebenaran itu mutlak hanya milik Allah. Para ulama yang menyampaikan pendapatnya masih memposisikan pendapat mereka di bawah Al-Quran. Hal ini membuat perbedaan tidak mejadi suatu masalah untuk perpecahan. Meskipun mereka memiliki pendapat yang berbeda, lantas tidak membuat kita tidak memahami dan menyikapi perbedaan secara Islami. Bahkan pendapat mereka bersifat relativitas atau fleksibel yang tergantung dengan situasi dan kondisi pada waktu itu. Sikap ini perlu kita teladani dalam menjalani kehidupan agar perbedaan menjadikan kita menjadi lebih dekat dan mawas diri.
2. Khilafiyah dalam hal Furu’iyah
Perbedaan pandangan yang telah dibahas merupakan perbedaan pandangan mengenai furu’iyah saja. Umar Sulaiman memberikan rincian sebagai al khilaf as sa’igh al maqbul atau khilaf al maqbul. Sebagai contoh al khilaf al maqbul adalah perbedaan pendapat tentang bentuk manasik yang utama, bisa qiran, tamattu’ ataupun ifrad, jumlah takbir dalam sholat ‘ied, mengeraskan atau tidak bacaan basmallah dalam sholat, dan penggunaan do’a iftitah ketika sholat. Perbedaan ini bersifat variasi sehingga kita dapat menentukan pilihan yang sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan kita masing-masing. Hal ini tidak menjadi masalah karena tidak mempengaruhi nilai sah ibadah.
Berbeda halnya dengan al khilaf as sa’igh al maqbul dimana merupakan perbedaan paham yang tidak dapat ditoleransi, tapi tidak keluar dari ijtihad dengan cara yang benar. Sebagai contohnya adalah mengenai najis, hukum qunut shubuh, hukum mandi Jumat, hukum membaca al-fatihah oleh makmum, dan masih banyak lagi. Seorang doktor, Muhammad bin Husain menjelaskan tentang sikap islami mengenai masalah ijtihad dan bagaimana seharusnya sikap kita sebaiknya dalam menghadapi perbedaan, yakni:
a. Tidak menganggap mubtadi’, kafir, dan fasiq orang yang berbeda pendapat.
b. Melakukan musyawarah atau pembicaraan yang sehat berdasar argumentasi dan dalil.
c. Tidak memaksakan pendapat kita kepada orang lain.
d. Tidak mengklaim bahwa pendapat kita merupakan kebenaran yang mutlak.
3. Khilafiyah tercela
Perbedaan pendapat jenis ini merupakan pendapat yang berlawanan dengan pokok-pokok ajaran Islam. Pada umumnya, pendapat ini dikemukakan sebagai provokator dan terlihat menggugat. Sikap yang seperti ini sangat tidak dianjurkan karena tidak berpegang pada pedoman yang ada.
4. Sikap terhadap khilafiyah yang tercela
Sikap yang berlawanan ini menyangkut pokok-pokok ajaran agama Islam seperti aqidah. Jadi untuk menanggapi hal yang seperti ini kita harus bersikap tegas dan tanpa kompromi.
Demikian cara menyikapi perbedaan paham dan agama dalam Islam sehingga dapat menuntut kita untuk berperilaku lebih menghormati dan menghargai terhadap perbedaan.
0 Komentar untuk "Cara Menyikapi Perbedaan Paham dan Agama dalam Islam"