Nabi Muhammad adalah utusan Allah yang diberi mukjizat berupa kitab umat muslim, yakni Al-Qur’an. Berdasarkan sejarah, beliau mempunyai beberapa isteri yang menemani selama hidupnya. Salah satu isteri Nabi adalah Siti Aisyah. Siapa yang tak kenal dengan yang Siti Aisyah, isteri yang paling disayangi Nabi Muhammad SAW.
Kisah Siti Aisyah, Isteri yang Paling Disayangi Nabi Muhammad SAW
Rasulullah pernah memimpikan Siti Aisyah adalah istri yang paling disayangi oleh Nabi selama tiga bulan. Dalam mimpinya, malaikat mendatangi Rasulullah dengan membawa Siti Aisyah yang telah ditutupi dengan kain sutra. Kemudian malaikat itu mengatakan kepada Rasul bahwa wanita yang ditutupi tersebut adalah isteri untuknya. Setelah dibuka, ternyata wanita itu adalah Siti Aisyah. Akhirnya Allah menakdirkan hal tersebut menjadi kenyataan. Siti Aisyah merupakan puteri dari salah seorang sahabatnya, yakni Abu Bakar As-Sidiq.
Siti Aisyah merupakan salah satu isteri Nabi yang sangat istimewa. Bahkan hanya dialah yang menjadi isteri Nabi ketika masih gadis. Allah telah mempersiapkan secara istimewa mengenai pendamping Nabi yang akan menyokong dan memberinya semangat ketika menyebarkan ajaran Allah. Keistimewaan lainnya adalah Nabi Muhammad menghembuskan nafas terakhir dalam pangkuan Siti Aisyah, istri yang paling disayangi Nabi Muhammad SAW.
Siti Aisyah memiliki hati yang amat bersih. Ia adalah wanita yang penuh dengan kelembutan, kasih sayang, damai, cinta, setia dan kehangatan serta ia adalah penebar kedamaian dalam dunia. Jadi tidak mengherankan jika Rasul sangatlah menyayangi isterinya ini.
Dalam menyebarkan ajaran Allah, Rasul mendapatkan berbagai halangan dan rintangan yang sangat berat. Namun, beliau tetap pada pendiriannya dan tak pantang menyerah dalam memperjuangkan ajaran ini. Kekuatan dan kegigihan Rasul tidak lepas dari peran seorang isterinya ini, yakni Siti Aisyah. Aisyah selalu bisa memberi semangat dan meyakinkan Rasul dalam menjalani tantangan yang berat.
Rasul menjunjung tinggi kedudukan seorang wanita, termasuk dalam rumah tangganya. Oleh karena itu, Beliau sangat menghargai dan menghormati kedudukan Aisyah sebagai isterinya. Namun, hal ini tidak menjadi penghalang baginya untuk tetap memberikan perhatian pada istri-istrinya yang lain. Terlebih dengan tugas yang ia emban sebagai ketua pasukan dalam menyiarkan agama.
Ternyata tidak hanya baik akhlaqnya saja. Siti Aisyah juga mempunyai kemampuan lain di bidang keilmuwan yang menjadikannya seorang istri cerdas bagi Rasul. Beberapa ilmu yang ia kuasai adalah di bidang kedokteran, syair, dan ilmu fiqih. Dengan kemampuannya ini, membuat ia menjadi seorang guru dengan kecerdasan dan akhlaq yang mulia.
Ketika Rasulullah sakit, ia meminta untuk tinggal di rumah Aisyah agar Siti Aisyah Istri tersayang Nabi dapat mengurusi suaminya dengan baik. Hal inilah yang menyebabkan Rasul meninggal di atas pangkuan Aisyah. Ia merawat Rasul dengan penuh perhatian dan hati yang ikhlas. Ia tidak pernah mengeluh sedikit pun karena Aisyah sangatlah mencintai suaminya itu.
Rumah tangga antara Siti Aisyah dan Rasulullah ini dapat dijadikan sebagai sauri teladan dalam kehidupan rumah tangga sekarang ini. Perkembangan zaman membuat pernikahan semakin tak mempunyai makna. Padahal, sudah jelas bahwa Rasul sangat menjunjung tinggi sebuah pernikahan. Beliau selalu memperlakukan setiap isterinya dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang. Bahkan beliau dapat berperilaku adil dengan semua istrinya.
Demikian Siti Aisyah, isteri yang paling disayangi Nabi Muhammad SAW. Kisah ini dapat dijadikan sebagai teladan bagi perempuan sebagai isteri yang baik. Hendaknya kita juga menjaga rumah tangga dan menghormati suami dengan penuh kasih sayang dengan tanpa melupakan kewajiban menuntut ilmu.
3 Komentar untuk "Siti Aisyah, Isteri yang Paling Disayangi Nabi Muhammad SAW"
ada kata "paling disayang", apakah ini tidak dlm arti membedakan dngn istri istri yg lain? bukankah terkesan tidak adil ? (terutama bagi istri istrinya yang lain??)
Beliau di nikahi nabi saat berusia 6 tahun ya?
saudaraku memang dalam alquran mengizinkan poligami Qs 4:3 untuk membenarkan berpoligami: “. . . maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat . . . .” Dikatakan syarat berpoligami, suami harus “berlaku adil” kepada semua isterinya. Akan tetapi jelas Al-Quran mengijinkan poligami dalam Islam, bukan? Karena itulah nabi Islam dan sebagian pria Muslim berpoligami.
sementara Isa.Almasih sudah mengajarkan bahwa pria dan wanita harus MONOGAMI dan tidak boleh bercerai
Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging” (Injil, Rasul Besar Matius 19:5).
bukankah hasil poligami menimbulkan penderitaan kepada wanita maupun anak2nya. coba tanya kepada mereka yang di poligami.
seperti artikel diatas adilkah Muhammada terhadap istri yang lain karena Aisyah lah yang paling di sayang.
DAN APAKAH AJARAN SEPERTI INI YANG DI SEBUT AJARAN PENYEMPURNA DAN MEMPERBAIKI AKHLAK