Setiap orang memiliki sisi emosional yang dapat dimanifestasi dalam bentuk apapun seperti bahagia, sedih, marah dan masih banyak lagi. Marah adalah salah satu bentuk emosional yang terjadi ketika ada yang salah dari sekitar kita. Pastilah semua orang pernah marah, termasuk Rasulullah. Bagaimana marahnya Rasulullah SAW? Berikut informasi selengkapnya.
Dalam Keadaan Tertentu Beginilah Marahnya Rasulullah SAW
Rasulullah adalah orang pilihan Allah yang mempunyai sifat dan perilaku yang patut untuk diteladani. Beliau memiliki sifat-sifat terpuji yang tidak dimiliki oleh orang lain. Oleh karena itu, beliau diwahyukan mukjizat oleh Allah dengan Al-Qur’an yang begitu luar biasa. Tak banyak yang tahu ternyata Rasulullah bisa marah juga.
Namun siapa yang tahu bahwa Rasulullah pernah juga marah sama seperti orang biasa pada umumnya. Diketahui bahwa dalam beberapa hal Rasulullah pernah marah, tapi dapat dipastikan bahwa amarahnya ini karena kepentingan agama bukan pribadi. Marah atau bahagia dari nabi dapat dilihat dari wajahnya karena kulitnya yang sangat bersih. Kala Rasulullah marah maka pelipisnya akan memerah.
Ketika Rasulullaah dalam keadaan berdiri dan beliau sedang marah maka beliau akan langsung duduk. Jika dalam keadaan duduk beliau masih marah maka langsung berbaring dan dengan seketika amarahnya hilang. Namun, jika amarah tersebut tidak juga hilang, wudhulah yang dapat menghilangkan amarahnya.
Rasulullah senantiasa dapat menahan emosinya. Beliau dapat menyelesaikan segala masalah dengan hati dingin dan bijaksana. Bahkan banyak orang yang menghina atau melukai Rasulullah tapi beliau tetap menerimanya dengan laoang dada. Beliau tidak pernah marah karena hal tersebut merupakan kepentingan pribadi. Rasulullah hanya akan marah jika ada orang yang menghina agama Islam. Inilah Amarah Rasulullah ketika membela agamanya.
Ketika Nabi sedang marah maka tidak ada seorang pun yang berani berbicara padanya, melainkan Ali bin Abi Tholib. Namun Rasulullah merupakan orang yang sangat sulit marah dan sebaliknya beliau sangat mudah untuk memaafkan. Kemudian muncul pertanyaan bagaimana Rasulullah ketika sedang marah karena beliau lah yang melarang umatnya untuk marah. Dalam beberapa hadits dijelaskan bahwa orang yang kuat bukanlah orang yang pandai berkelahi, namun orang yang pandai mengendalikan amarahnya. Selain itu sebaik-baiknya orang adalah orang yang tidak mudah marah.
Ketika Nabi marah maka ia marah karena suatu sebab tertentu yakni kepentingan agama bukan karena kepentingan pribadinya. Kemudian beliau memberikan penjelasan mengenai hal ini bahwa kadangkala Rasulullah membutuhkan penekanan agar umatnya mengetahui bahwa ada hal-hal tertentu yang tidak boleh dilakukan oleh mereka. Hal ini dilakukan hanya untuk menegaskan bahwa hal tersebut dilarang oleh Allah.
Beliau adalah teladan bagi setiap umat manusia. Meskipun pada kondisi tertentu beliau menampakkan marahnya, tapi beliau adalah orang yang mampu mengendalikan amarahnya. Sebagai seorang muslim, maka kita harus meneladani Rasul dengan meredamkan amarah yang tidak diperlukan. Selain dapat meningkatkan keimanan kita, meredam amarah juga akan bermanfaat untuk psikologis kita. Pikiran positif akan senantiasa muncul dalam kehidupan.
Marah yang pernah ditampilkan oleh Rasulullah mengajarkan kepada kita bagaimana cara untuk meredam amarah. Karena sesungguhnya amarah tersebut muncul karena ada setan yang mendorongnya. Untuk menghilangkan amarah tersebut, hendaknya kita mengucapkan istighfar agar gangguan setan tersebut dapat hilang. Namun, alangkah lebih baiknya jika kita menghilangkan amarah dengan berwudhu kemudian melanjutkannya dengan sholat sunnah. Dengan sholat maka hati kita akan lebih tenang, dan kita dapat mengadukan apa yang mengganjal di hati kepada Allah.
Demikian beginilah marahnya Rasulullah SAW pada kondisi tertentu, yakni karena kepentingan agama. Hendaknya kita juga mengutamakan kepentingan agama di atas kepentingan pribadi.
1 Komentar untuk "Beginilah Marahnya Rasulullah SAW"
mana marahnya....