Seorang suami memiliki kewajiban untuk menafkahi istrinya dan yang paling besar pahalanya adalah yang engkau berikan untuk istrimu. Ada Hadits Nabi yang menjelaskan tentang hal itu dan ternyata memberikan nafkah kepada istri jauh lebih besar pahalanya dibandingkan dengan membelanjakan harta untuk kepentingan agama. Benarkah demikian?
Kehidupan dalam rumah tangga merupakan ladang ibadah karena semua yang dikerjakan dalam rumah tangga itu baik kecil maupun besar dapat mendatangkan banyak pahala bagi keduanya. Seorang suami berkewajiban untuk menafkahi istrinya baik lahir maupun batin dan ternyata memberikan nafkah materi kepada istri jauh lebih besar pahalanya jika dibandingkan dengan membelanjakan harta ke jalan Allah. Hal ini telah dijelaskan dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim. Dalam hadits ini diterangkan bahwa seorang suami yang membelanjakan satu dinar untuk berperang ke jalan Allah dan satu dinar yang dibelanjakan untuk kepentingan istrinya ternyata pahalanya jauh lebih besar satu dinar yang diberikan kepada istrinya itu. Inilah amalan paling besar pahalanya dibandingkan dengan amalan sedekah untuk agama.
Dari penjelasan hadits itu dapat ditarik kesimpulan bahwa harta yang dibelanjakan untuk kepentingan keluarga jauh lebih utama dari pada harta yang diamalkan untuk kepentingan perjuangan Islam. Jadi keluarga adalah hal yang paling utama yang harus diprioritaskan terlebih dahulu dari kepentingan lainnya, sekalipun untuk kepentingan perjuangan Islam dan sedekah paling besar pahalanya adalah membelanjakan istri.
Lalu bagaimana dengan seseorang yang pergi berdakwah untuk memperjuangkan Islam sedangkan kondisi keluarganya tidak terurus? Rosulullah merupakan seorang da’i atau mubaligh yang bertugas untuk dakwah dan menyiarkan agama Islam kepenjuru dunia, tetapi beliau tidak pernah meninggalkan keluarganya dalam keadaan sengsara dan tidak terurus. Rosulullah selalu memastikan kondisi keluarganya dengan baik sebelum beliau pergi untuk berdakwah sehingga keluarga beliau tetap dalam kondisi baik dari segi lahir maupun batin.
Rosulullah selalu memperhatikan hak-hak para wanita dan beliau telah mengajatkan kepada setiap laki-laki untuk selalu memuliakan para wanita dengan cara yang terbaik. Beliau sangat membenci dan tidak rela jika ada seorang laki-laki yang menelantarkan istrinya dan pelit dalam memberikan nafkah kepada keluarganya. Semua nafkah yang diberikan seorang suami kepada istri dan keluarganya tidak akan sia-sia dihadapan Allah, bahkan semua nafkah yang telah diberikannya terhitung sebagai sedekah.
Hal ini telah dijelaskan dalam hadits Nabi yang telah diriwayatkan oleh Bukhari Muslim. Bahkan meskipun hanya satu suapan saja yang diberikan suami kepada istrinya juga terhitung sebagai amalan sedekah. Sungguh besar mulianya seorang suami yang selalu menafkahi istrinya dan tidak pernah menelantarkan keluarganya meskipun dalam kondisi susah sekalipun karena pada hakikatnya semua yang diberikan seorang suami kepada istri dan keluarganya meskipun dalam jumlah sangat kecil merupakan amalan yang sangat besar di hadapan Allah. Inilah ibadah paling besar pahalanya.
Seorang suami sudah seharusnya memberikan nafkah lahir dan bathin kepada istri dan keluarganya karena mereka adalah titipan Allah yang harus dijaganya. Menjadi seorang suami hendaknya tidak pelit dalam membelanjakan harta untuk istri dan keluarganya karena Allah akan selalu memberikan kemudahan baginya untuk memenuhi semua itu. Beruntungkan bagi waniat yang memiliki seorang suami yang dermawan pada istri dan keluarganya serta memberikan sedekah untuk kepentingan agama. Namun hal yang lebih utama adalah memberikan nafkah kepada istri dan keluarganya.
Itulah beberapa informasi seputar kewajiban suami untuk menafkahi istrinya dan ternyata yang paling besar pahalanya adalah yang engkau berikan untuk istrimu dari pada untuk kepentingan agama.
1 Komentar untuk "Yang Paling Besar Pahalanya Adalah Yang Engkau Berikan Untuk Istrimu"
tapi nafkah yg di berikan kepada "istri" yg bagaimana dulu yg bisa mendapatkan pahala yg besar?
bila nafkah yg di berikan kpd sitri ternyata di salah gunakan oleh istri, bagaimana pertanggung jawaban suami kelak atas istri nya?