Tinggi badan orang Indonesia jika dibandingkan dengan negara ASEAN lain menempati urutan paling bawah atau memiliki postur tubuh paling pendek di Asia Tenggara. Sementara Singapura menempati posisi pertama negara dengan penduduk yang tubuhnya lebih tinggi. Rataan tinggi pria dan wanita di Indonesia sama-sama menempati urutan terkecil, dimana rata-rata pria berukuran 158 cm sedangkan perempuan rata-rata tingginya 147 cm. Ini mungkin kelihatannya tak menjadi masalah besar. Tapi, tinggi masyarakat dikaitkan dengan kesejahteraan dan indikator akses ke pelayanan kesehatan serta pendapatan per kapita suatu negara.
Negara dengan penduduk pria tertinggi hingga terendah seperti dikutip BusinessInsider :
1. Singapura (171 cm)
2. Jepang (171 cm)
3. Thailand (170 cm)
4. Malaysia (165 cm)
5. Kamboja (163 cm)
6. Filipina (162 cm)
7. Vietnam (162 cm)
8. Indonesia (158 cm)
Negara dengan penduduk perempuan tertinggi hingga terendah
1. Singapura (160 cm)
2. Thailand (159 cm)
3. Jepang (158 cm)
4. Malaysia (153 cm)
5. Kamboja (152 cm)
6. Vietnam (152 cm)
7. Filipina (150 cm)
8. Indonesia (147 cm)
Saut Hutagalung, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan mengatakan bahwa diduga penyebabnya antara lain karena penduduk kita kurang mengkonsumsi ikan. Padahal hasil produksi ikan Indonesia adalah yang terbanyak di dunia.
"Dari sebuah survei yang dirilis pada awal 2013 ini, dari 10 negara di Asia Tenggara, dalam kurun waktu enam tahun terakhir penduduk Indonesia masih kurang mengonsumsi ikan. Hal tersebut mengakibatkan generasi muda kita memiliki postur yang lebih pendek dari rumpun dan suku bangsa lainnya di Asia Tenggara," kata Saut.
Saut menambahkan, menurut data yang berhasil dikumpulan pada tahun 2012, setiap orang Indonesia rata-rata mengkonsumi 33 kg ikan/tahun. Jumlah ini jauh lebih tinggi dari pola pangan harapan yang mencapai 31,4 kg per kapita/ tahun.
Faktor Genetik Bukan Penyebab Orang Indonesia Menjadi Pendek-Pendek
Profesor menepis anggapan faktor genetik menyebabkan orang Indonesia menjadi pendek-pendek. Adalah Profesor Endang, pakar gizi medik dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) yang melakukan studi ilmiah terhadap hal ini. Menurutnya selama ini potensi genetik dijadikan tolak ukur untuk menghitung tinggi maksimal seseorang. Namun ternyata ia dengan tegas menolak anggapan tersebut.
Fakta yang Ada Dilapangan
Prof Endang menuturkan bahwa gen bukanlah faktor paling penting dalam menghitung potensi tinggi badan maksimal seseorang. Menurut beliau, faktor gen dalam tinggi badan seseorang tak lebih dari 20 persen.
“Kita kan nggak mau dibilang genetik kita lebih jelek dari orang Jepang misalnya padahal sama-sama Asia. Genetik hanya mempengaruhi 20 persen tinggi badan, sisa 80 persennya merupakan faktor lingkungan,” tutur Prof Endang.
Prof Endang mengambil contoh orang-orang Jepang. Sama-sama orang Asia, namun rata-rata tinggi orang Jepang melebihi orang Indonesia. Padahal 20 hingga 30 tahun lalu, orang Indonesia masih dianggap lebih tinggi dari orang Jepang.
Menurut Prof Endang, kesejahteraan serta kecukupan gizi merupakan faktor utama mengapa tinggi seseorang bisa berbeda-beda. Dalam waktu 30 tahun, Jepang bisa mengubah negara korban perang menjadi salah satu negara dengan perekonomian paling baik di Asia.
“Kita semua tahu bahwa Jepang kalah pada perang dunia kedua kemarin. Tapi mereka bangkit, tidak terpuruk dan mengedepankan kecukupan makanan dan gizi bagi masyarakat. Hasilnya seperti kita lihat sekarang, orangnya tinggi-tinggi dan Jepang juga salah satu negara maju di Asia,” paparnya lagi.
Contoh lainnya adalah perbedaan tinggi badan anak usia sekolah di Indonesia. Prof Endang pernah melakukan penelitian soal tinggi badan anak-anak SD di beberapa sekolah negeri di daerah miskin, dengan sekolah swasta di daerah berkecukupan.
Hasilnya bisa terlihat dari tinggi badan anak-anak di sekolah swasta yang jauh lebih tinggi dari anak seusianya di sekolah negeri daerah miskin. Meski begitu, ia mengingatkan bahwa sekali lagi, kecukupan gizi bukanlah soal kaya atau tidaknya orang tua.
“Bukan masalah kaya atau miskinnya yang harus dilihat. Kalau nggak bisa beli daging, kan bisa beli tahu atau tempe yang nilai gizinya sama. Masalah gizi ini sangat kompleks nggak hanya soal makanan apa yang dimakan sama anak,” urainya lagi.
Faktor lain yang harus dilihat adalah sanitasi dan kebersihan lingkungan tempat tinggal. Dengan gizi yang kurang ditunjang dengan lingkungan yang tak bersih, anak akan jadi lebih mudah sakit, yang tentu saja membuat penyerapan gizi tak optimal.
Terakhir admin mengajak kita semua, ayo makan makanan bergizi agar tumbuh menjadi tinggi dan tidak kalah dengan penduduk Asia Tenggara lainnya.
6 Komentar untuk "Orang Indonesia Ternyata Paling Pendek di Asia Tenggara"
Orang negara ASEAN kok jepang masuk perbandingan? Ga kredibel nih
tinggi badan org indonesia cuma segitu? nyampel di sekolah dasar ya?
Hahaha... iya tuh, ane baru tau klo Jepang termasuk dalam Negara ASEAN :koplak
Saya orang indonesia, tinggi badan 182cm berat 75kg, pacar saya orang indonesia tinggi 172..
Saya tdk percaya dg data ini... Hampir semua pekerjaan mensyaratkan tinggi di atas 165 untuk pria... Si pembuat suarat tentunya sudah tahu bahwa itu adalah nilai di sekitar rataan... Ckckc kalo gak, gabakal ada yg lolos dong... Payah
Laos Mana Woyy..?? Laos..!!!,
Setahu aku Laos yang paling bawah penduduknya memiliki postur pendek!!