Sebagai manusia, kita memiliki akal untuk berpikir, tapi ternyata justru ini yang membuat kita tidak pernah merasa cukup. Hal ini terjadi dari berbagai sisi, baik itu mengenai barang-barang tersier, dimana kita selalu menginginkan barang baru meskipun kita sudah memiliki banyak hal, maupun di sisi kehidupan dimana kita selalu mencoba untuk mendapatkan apa yang sulit kita miliki.
Alasan Ini yang Membuat Kita Tidak Pernah Merasa Cukup
Ketika kita kecil, kita sering dilarang untuk melakukan ini itu tapi kita malah semakin ingin melakukan hal tersebut. Hal tadi bisa dianggap sebagai kita tidak merasa cukup dengan apa yang kita miliki sekarang, dan merasa bahwa dengan melanggar larangan tadi kita akan sedikit merasa terpuaskan, tapi hal tersebut malah berlanjut hingga dewasa. Mengapa manusia tidak pernah merasa puas? Hal ini bisa dijelaskan secara singkat dengan ide bahwa kita ada dalam ilusi “kita tidak cukup”. Kita merasa bahwa ada kepingan puzzle yang hilang, dan kita merasa dengan melakukan hal baru, bertemu orang-orang baru, dan melihat benda-benda baru akan bisa mengisi kekosongan tersebut, tapi ternyata tidak karena kekosongan tadi bukanlah hal yang nyata. Ilusi akan kekosongan ini yang membuat kita tidak pernah merasa cukup.
Yang akan menjadi masalah besar adalah ketertarikan pada kekosongan ini sendiri yang ada pada manusia. Ketika kita sudah memenuhi sebuah “kebutuhan”, kita akan segera mencari hal baru karena kita ingin merasakan ketegangan yang kita dapatkan ketika kita mengincar hal baru tersebut. Contoh yang paling mudah adalah ketika kita berlangganan TV kabel dan mendapat beberapa saluran dasar, tapi kita merasa itu tidak cukup dan ingin membeli lebih. Ketika kita mempunyai banyak saluran, kita tetap merasa bahwa hal itu belum cukup. Ini akan menimbulkan pertanyaan baru, kapan manusia merasa cukup? Jawabannya mungkin tidak akan pernah, karena hal ini kita sebut nafsu dan nafsu akan selalu muncul bahkan di saat dimana kita pikir kita sudah berhasil menaklukannya.
Mengatasi Rasa Tidak Pernah Merasa Cukup
Di kebudayaan barat memang ada pemikiran bahwa langkah pertama untuk memiliki adalah menginginkan, dan mungkin pemikiran ini juga yang melahirkan pemikiran tentang mengapa manusia tidak pernah merasa cukup akibat konsumerisme yang amat tinggi. Hal sebaliknya berlaku di kebudayaan timur, atau jika mau lebih spesifik adalah tradisi Buddha. Menurut tradisi tersebut, memfokuskan diri dengan apapun yang mungkin kita akan dapatkan malah menghentikan diri kita untuk hidup di masa kini sehingga membuat kita terlepas dari diri kita sendiri. Bahkan Nirvana sendiri artinya mematikan api keinginan.
Tapi ternyata Sigmund Freud memiliki analisa yang berbeda tentang nirvana yang digembar-gemborkan. Menurut Freud, kondisi yang dihasilkan ketika kita mematikan api keinginan akan sama dengan kondisi inertia, yaitu titik dimana kita kebal akan perubahan atau bahkan kematian itu sendiri.
Freud juga mengemukakan pendapat bahwa nafsu yang mendorong kita untuk menginginkan sesuatu memiliki sebuah motif yang jauh lebih dalam, dan hal tersebut bisa disetarakan dengan kedamaian yang dicapai dalam konsep nirvana. Freud dalam hal ini berpendapat bahwa lebih baik kita mendapatkan apa yang kita inginkan daripada terus menerus merasa ingin terhadap sesuatu, karena kita akan menyelesaikan keinginan kita dan membuat kita merasa sedikit lebih damai. Hal ini disimpulkan karena memang keinginan ini yang membuat kita tidak pernah merasa cukup.
Tag :
Kisah Nyata
0 Komentar untuk "Ini yang Membuat Manusia Tidak Pernah Merasa Cukup"