Ibu merupakan sosok yang paling layak untuk dimuliakan. Sebagaimana kita ketahui betapa beratnya pengorbanan seorang ibu. Dialah yang mengandung, melahirkan dan membesarkan kita dengan penuh cinta dan kasih sayangnya. Dan ibu jugalah orang yang rela berkorban demi kebahagiaan anaknya. Meskipun demikian, tidak pernah sedikitpun ibu meminta agar anak-anaknya membalas setiap kebaikannya. Bahkan yang terpenting dalam hidupnya adalah melihat anak-anaknya bahagia.
Oleh sebab itu sudah sepatutnya seorang anak berbakti kepada kedua orang tuanya terlebih kepada ibu. Namun fenomena yang terjadi belakangan ini adalah ketika seorang anak terutama anak lelaki yang telah menikah dan bekeluarga lebih mendahulukan kepentingan istri dibandingkan ibunya sendiri. Banyak diantara kita yang ketika dewasa menjadi durhaka kepada ibu dan takut kepada istri.
Di masa lampau, Rasulullah bahkan telah menggambarkan fenomena yang terjadi dewasa ini sebagai tanda-tanda akhir zaman. Dimana banyak para suami yang melalaikan ibunya dan takut kepada istri serta lebih mementingkan istrinya dibandingkan sang ibu yang telah membesarkannya.
Dari Abu Hurairah ra disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Ada tiga tanda akhir zaman yang akan terjadi yaitu apabila harta rampasan perang dibagikan hanya kepada kalangan orang-orang kaya, seorang suami yang takut kepada istrinya dan mendurhakai ibunya serta seseorang yang lebih dekat kepada temannya daripada ayahnya sendiri.” (HR. Tirmidzi)
Sudah seharusnya anak laki-laki taat kepada ibunya dan bukan kepada istrinya. Justru seharusnya sang istri lah yang harus patuh dan taat kepada suaminya. Hal inilah yang sepatutnya terjadi. Namun jika seorang suami lebih takut kepada istri dan melalaikan ibunya, maka dapat dikatakan bahwa ia telah gagal membangun rumah tangganya sesuai dengan tuntunan syariat islam. Meskipun seorang anak laki-laki telah menikah, namun yang lebih berhak atas dirinya adalah ibunya dan bukan istrinya.
Hal ini telah dijelaskan oleh Rasulullah ketika istrinya, Aiyah ra bertanya kepadanya tentang siapakah yang lebih berhak terhadap seorang wanita ? Dan Rasulullah pun menjawab apabila ia telah menikah, maka yang lebih berhak adalah suaminya. Kemudian Aisyah kembali bertanya, siapakah yang berhak terhadap seorang laki-laki ? Rasulullah pun menjawab ibunya.
Begitu tingginya kedudukan orang tua terhadap anaknya, sehingga Allah akan meridhoi seorang hamba yang orang tuanya ridho kepadanya. Dan sebaliknya, Allah akan murka kepada orang yang menyia-nyiakan serta melalaikan orang tuanya.
Oleh sebab itu seorang anak laki-laki jangan sampai mengorbankan orang tuanya demi sang istri. Karena perintah berbakti kepada kedua orang tua merupakan kewajiban pokok yang sama halnya dengan perintah beribadah kepada Allah Ta’ala.
Sudah sepatutnya seorang suami yang bijak bisa menuntun istrinya agar sadar dan mengerti bahwa seorang laki-laki meskipun telah menikah, tetap memiliki kewajiban untuk mengurus ibunya. Seorang istri yang baik tidak akan pernah melarang suaminya untuk berbuat baik kepada orang tuanya.
Seorang istri yang mempermudah suaminya dalam berbakti kepada orang tuanya selain mendapatkan pahala, maka Allah juga akan melipat gandakan setiap rezeki yang diperoleh suaminya. Dan sebaliknya, apabila istri menghalang-halangi suami berniat baik maka ia akan mendapatkan dosa.
Begitu pula dengan sang suami yang lebih memperhatikan istrinya daripada ibunya, maka pertanggung jawabannya di akhirat kelak akan semakin berat disebabkan dua hal yaitu tidak bisa menjadi suami yang memimpin keluarganya dan meninggalkan kewajibannya berbakti kepada ibu yang melahirkannya.
0 Komentar untuk "Durhaka kepada Ibu dan Takut kepada Istri, Ciri Akhir Zaman"