Tidak ada satu hal pun di dunia ini yang tidak digariskan oleh Allah. Apa yang manusia alami dan apa yang manusia peroleh, semuanya berdasarkan pada kehendakNya. Tidak ada hal yang tidak tertulis. Semua hal yang ada tidak lepas dari kuasaNya. Lalu, kalau semua sudah tertulis, dimanakah kebebasan manusia? Bagaimana manusia mampu menyikapi kebebasan yang sudah digariskan ini?
Yang berasal dari-Nya akan kembali kepada-Nya. Allah menciptakan manusia lengkap dengan akal dan budinya. Manusia dianugerahi akal dan budi supaya ia mampu menentukan jalan hidupnya di dunia dengan baik, lebih-lebih seturut dengan kehendak Yang Kuasa. Dalam diri manusia, telah diberikan sepenuhnya kehendak bebas untuk memilih. Akan tetapi, kebebasan yang telah diberikan itu tetap saja berada dibawah kuasa dan kehendak-Nya.
Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai istilah ikhtiar. Makna “khair” yang terkandung di dalam kata ikhtiar memiliki arti yaitu baik. Ikhtiar adalah istilah kebebasan yang digunakan dalam Islam sesuai dengan syariat. Meskipun “bebas”, kebebasan memilih dalam Islam tetap memiliki konsep dan haknya. Konsep kebebasan dalam Islam ini dikaitkan dengan perbuatan memilih. Oleh karena itu, ikhtiar berarti “memilih yang baik”. Perlu disadari bahwa selalu berikhtiar mampu membawa manusia pada pilihan yang terbaik.
Dinyatakan dalam Islam, bahwa pilihan yang tidak baik sama saja dengan sebuah ketidakadilan atau dikenal dengan istilah “zhulm”. Sejatinya, kebebasan mutlak yang dianugerahkan kepada manusia adalah supaya manusia mampu memilih dan membedakan mana yang baik mana yang buruk. Allah telah menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad SAW mengenai nilai-nilai kebaikan dalam hidup. Konsep kebebasan dalam Islam mencakup nilai-nilai kebaikan hidup. Maka kebebasan yang mengabaikan nilai-nilai tersebut, dianggap tidak sesuai dengan ajaran hukum Islam.
Kebebasan Memilih Jalan Hidup dengan Bijak
Seperti yang dijelaskan oleh Imam Al-Ghazali mengenai hak kebebasan memilih dalam Islam, bahwa tidak ada hamba atau manusia yang sangat sempurna, yang mampu melakukan perintah tuannya dengan tanpa cacat cela. Islam sangat menjunjung tinggi hak kebebasan dalam memilih. Tidak peduli benar atau salah, selama seseorang itu yakin dengan pilihannya, maka ia berhak untuk memilih dan memutuskan apa yang akan ia lakukan dalam hidupnya. Telah ditunjukkan kepada manusia segala hal yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah. Maka dari itu, hak kebebasan memilih dalam Islam sepatutnya digunakan dengan bijaksana. Allah itu maha mengetahui, Ia telah menuliskan semuanya sebelum manusia mengalaminya. Jalan yang seseorang pilih dalam hidup juga tak lepas dari apa yang dituliskan-Nya. Pilihan manusia yang salah itulah disebut ujian. Manusia diuji karena perbuatannya sendiri. Dari situ bisa dilihat seberapa besar tanggung jawab manusia atas pilihan yang mereka buat. Tak jarang Allah membiarkan manusia memilih jalan hidup yang salah, supaya dari situ seseorang belajar untuk lebih bijak menentukan apa yang harus ia pilih untuk masa depan.
Apa yang menjadi pilihan manusia sudah tertulis. Seiring dengan kehendak bebas yang Allah berikan, di situ pula Ia memasrahkan sepenuhnya apa yang menjadi pilihan umat-Nya. Meski begitu, tak jarang manusia yang masih bertanya-tanya kalau semua sudah tertulis, dimanakah kebebasan manusia? Tanpa disadari, karunia kebebasan itu sendiri adalah wujud dari kehendak-Nya, yang penting tetap menjaga setiap pilihan dari kehendak bebas itu seturut perintah Allah SWT.
0 Komentar untuk "Kalau Semua Sudah Tertulis, Dimanakah Kebebasan Manusia?"