Jujur, Senjata Utama Selamat dari Neraka


Pada zaman sekarang, sangat sulit menemukan orang yang benar-benar jujur. Sebagian besar dari mereka lebih mementingkan diri sendiri sehingga kejujuran tidaklah diutamakan dalam kehidupan. Hal inilah salah satu penyebab mengapa banyak terjadi tindak kejahatan, korupsi, dan tindakan buruk lainnya.

Jujur, Senjata Utama Selamat dari Neraka

Bersikap jujur memiliki keutamaan dalam hidup. Sikap jujur akan membuat kita lebih tentram, tenang, dan bahagia. Rasululllah pernah bersabda jika jujur adalah senjata utama selamat dari neraka sehingga mendatangkan ketenangan, ketentraman, dan kedamaian.

Riwayat lain menjelaskan bahwa kita dapat masuk surga apabila dapat melakukan keenam hal ini, yakni berbicara jujur, tepat janji, menyampaikan amanah, memelihara kemaluan, menjaga pandangan, dan menjaga tangan.

Berdasarkan kedua hadits di atas, dapat diketahui bahwa jujur memiliki andil penting dalam meraih surga. Apabila setiap orang menjunjung tinggi kejujuran maka akan membuat hidup kita menjadi lebih tentram, bahkan hidup bangsa dan negara ini. Begitu juga sebaliknya, kebohongan akan menghancurkan bangsa dan negara kita.

Meskipun demikian, menjadi orang jujur tak semudah yang dibayangkan. Terutama dalam keadaan tak nyaman atau memojokkan diri kita. Sebagian dari kita akan berpikir bahwa dengan berbohong maka kita akan keluar dari kondisi tersebut. Mulai dari sinilah keimanan kita akan menentukannya, apakah kita akan berbohong ataupun jujur. Hingga terdapat pepatah yang mengatakan jika kejujuran yang sejati terjadi ketika kita tetap jujur dalam keadaan dimana kita hanya bisa selamat dari bohong. Sikap jujur ini dapat kita teladani dari kisah mengharukan dan inspiratif sahabat ini. Inilah kisah mengenai kejujuran yang menyelamatkannya dari api neraka.

Pada saat itu terjadi perang Tabuk dimana terdapat tiga puluh ribu sahabat yang keluar dengan Nabi. Ketika itu, cuaca sangat panas karena bertepatan pada bulan Agustus. Sedangkan, jarak yang harus mereka tempuh adalah 1.000 km. Orang yang munafik akan mencari alasan agar mereka tidak ikut dalam perang itu. Namun, terdapat tiga orang yang tidak ikut dalam perang itu tapi mereka jujur dalam menyampaikan alasannya. Tiga orang ini adalah Hilal bin Umayyah, Mararah bin Rabi’, dan Ka’ab bin Malik.

Namun, disini kita hanya akan membahas kisah Ka’ab. Ia sudah mengetahui bahwa Nabi akan keluar dengan pasukannya dan ia telah berjanji akan menyusul mereka. Hingga akhirnya mustahil bagi Ka’ab untuk menyusul pasukan bersama Nabi. Kemudian ia menyusuri jalan di kota Madinah dan ia hanya menemui orang sakit parah dan orang-orang munafik.

Saat Nabi kembali, Ka’ab merasa sedih karena ia tak tahu apa yang harus ia katakan ketika Nabi datang. Ia takut jika Nabi marah pada besok harinya itu. Pada saat itulah mulai muncul keinginan untuk berbohong.

Namun, setelah melihat Nabi yang datang, keinginan buruk itu hilang dengan sendirinya. Ia pun berniat untuk jujur. Nabi mulai masuk dan duduk. Kemudian, orang-orang yang munafik itu mendatangi Nabi dan memohon maaf serta menjelaskan alasan mengapa mereka tidak bisa ikut serta kemarin harinya. Tibalah saatnya Ka’an menghadap Nabi, kemudian ia menjelaskan bahwa tak ada asalan untuknya tidak ikut keluar kemarin. Ia juga berjanji atas nama Allah bahwa ia telah jujur. Pada saat itu, ia hanya berpikir jika ia berbohong maka adzab Allah akan sangat pedih. Apabila ia jujur, maka Allah akan meridhoinya. Inilah sikap jujur, senjata utama selamat dari neraka.
0 Komentar untuk "Jujur, Senjata Utama Selamat dari Neraka"

Back To Top