Biosentrisme, Kehidupan Setelah Kematian Versi Ilmiah

Sahabat Kumpulan Misteri, sudahkah Sahabat membaca tulisan kami yang berjudul Benarkah Seseorang Bisa Menerawang Masa Depan? Kami anjurkan Sahabat untuk membacanya. Karena bahasan kita berikut ini tak jauh berbeda. Masih sekitar materi mistis, yang susah untuk dijangkau nalar.

Sahabat Kumpulan Misteri...
Jika ada orang yang membawa timbangan untuk mengukur panjang suatu ruangan, apa tanggapan Sahabat? Atau yang lain, ada orang yang membawa meteran untuk mengukur berat kerikil 1 truk. Ada juga yang ingin menikmati merdunya suara musik tapi dengan menggunakan matanya. Lalu, ada juga yang ingin menikmati indahnya sebuah lukisan dengan menggunakan telinganya. Apa tanggapan Sahabat? Wajar-wajar saja, normal, aneh, atau malah gila orang yang melakukan tindakan seperti itu? 

Sebenarnya, kajian tentang kehidupan setelah kematian, atau saat ini lebih populer disebut dengan istilah biosentrime, adalah wilayah iman. Kita tidak mungkin bisa mengkajinya dengan mengandalkan otak, pikiran, nalar, ratio, dan logika. Salah alat ukur. Sama saja seperti Sahabat membawa timbangan untuk mengukur panjang sebuah ruangan. 

Kotradiksi ini juga berlaku jika Sahabat ingin mengkaji peristiwa Isra’ dan Miraj Rasulullah SAW, keberadaan malaikat, siksa kubur, nikmat kubur, surga, dan neraka dengan menggunakan akal. Bukannya hasil positif yang kita dapat. Malah kita akan menyangkal peristiwa itu dan menjadi murtad.

Sekali lagi, ini wilayah iman, jangan bawa akal untuk mengukurnya. Gunakan iman!
Tapi, barangkali kita mungkin bisa mengkaji biosentrisme dengan mempersamakan variabel, hal, atau peristiwa yang mirip dengan kehidupan setelah kematian. Tapi yang pasti, ketika pendapat itu diminta untuk membuktikannya secara empiris, maka masalah utamanya muncul, BUNTU! 
Mana mungkin! Masa iya! Nonsense, it’s bullshit!
Setidaknya untuk saat ini.
Namun, dikarenakan begitu hangatnya pembahasan tentang biosentrisme ini membuat penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini di blog kita ini. Baiklah, untuk tidak memperpanjang-panjang masalah ini ada baiknya kita langsung saja membuat kajian ini dengan versi ilmiah. 

Sebuah penelitian ilmiah terbaru menunjukkan bahwa kematian bukanlah perhentian terakhir. Observasi ilmiah yang dilakukan menyimpulkan kehidupan dan kematian ternyata berkorespondensi dengan alam lain (multiverse).

Paparan ilmiah tersebut dijelaskan oleh teori ilmiah bernama biosentrisme. Menurut teori ini, kendati tubuh dirancang untuk hancur, namun ada sebuah energi yang bekerja dalam otak, yaitu perasaan hidup mengenai “siapakah saya”.

"Energi itu tidak musnah ketika manusia mati," tulis ilmuwan terkemuka dunia dan pengarang buku Biocentrism, Robert Lanza. Teori sains tentang energi memang menjelaskan hukum kekekalan energi.

Menurut Lanza, energi perasaan hidup itu tak tercipta, tapi tak juga bisa musnah. Lantas, apakah energi ini berpindah dari satu dunia ke dunia lain?

Sebuah eksperimen yang belum lama ini dipublikasikan dalam jurnal Science memperlihatkan para ilmuwan bisa mengubah sesuatu yang sudah terjadi pada masa lalu. Lewat percobaan yang menggunakan beam splitter -- perangkat optik yang membelah berkas cahaya, partikel-partikel energi diputuskan keberadaannya. Ternyata, dari situ dapat ditentukan apa yang berlaku pada partikel ini pada masa lalu sehingga seseorang dapat menyelami pengalaman di masa lalu.

Kaitan antara pengalaman dan semesta ini melampaui gagasan-gagasan manusia mengenai ruang dan waktu. Tapi biosentrisme sendiri menyatakan, ruang dan waktu bukan obyek sulit seperti yang dibayangkan.

Teori ini menganalogikan waktu sebagai udara yang sia-sia untuk ditangkap manusia karena memang tak pernah bisa diraih. "Anda tak bisa melihat apa pun melalui tulang tengkorak yang menyelimuti otak Anda," kata Robert Lanza. "Apa yang Anda lihat dan rasakan sekarang adalah putaran informasi pada otak Anda."

Menurut biosentrisme, ruang dan waktu semata-mata adalah alat penghimpun informasi secara bersamaan. Karena itulah, dalam dunia yang tidak ada ruang dan waktu, tak ada istilah kematian.

Biosentrisme, Kehidupan Setelah Kematian Versi Ilmiah

Energi itu kekal
Dalam bukunya Ghosthunters, peneliti hantu John Kachuba menulis, “Einstein membuktikan bahwa seluruh energi di alam semesta adalah tetap dan tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan. Jadi, apa yang terjadi dengan energi itu ketika kita mati? Jika tak dapat dihancurkan, energi itu pastinya berubah menjadi energi dalam bentuk lain.” Begitu menurut Einstein.  

Apakah wujud energi baru itu? Apakah kita bisa menyebutnya hantu?
Gagasan ini muncul dan diusulkan sebagai bukti adanya hantu. Sebuah kelompok di Amerika Serikat yang bernama Tri County Paranormal menyatakan, “Ketika kita hidup, kita memiliki energi listrik dalam tubuh kita. Apa yang terjadi dengan listrik yang berada dalam tubuh kita, yang membuat jantung berdenyut dan kita bernafas?”

Jawaban pertanyaan itu sebenarnya sangat sederhana dan tidak misterius. Setelah seseorang meninggal, energi dalam tubuh mereka maupun seluruh organisme lain pindah ke lingkungan. Ketika seorang manusia mati, energi yang tersimpan dalam tubuh mereka dilepas dalam bentuk panas, dan pindah ke binatang yang mengonsumsi jasad itu, baik binatang liar maupun bakteri dan cacing serta tumbuhan yang menyerap nutrisi dari tanah. Jika jasad itu dikremasi, energi dilepas dalam bentuk panas dan cahaya.

Ketika kita makan tumbuhan atau binatang mati, kita mengonsumsi energi mereka dan mengubahnya menjadi energi bagi tubuh kita. Reaksi kimia ketika makanan dicerna melepas energi yang dibutuhkan binatang untuk hidup, bergerak dan bereproduksi. Energi itu tidak ada dalam bentuk energi elektromagnetik berbentuk bola cahaya, melainkan panas dan energi kimia.
0 Komentar untuk "Biosentrisme, Kehidupan Setelah Kematian Versi Ilmiah"

Back To Top