Allah adalah Maha Kuasa, Dia-lah yang menciptakan dan mengatur segala yang terjadi di bumi, langit maupun di antaranya. Namun, orang kafir tidak akan pernah mengakui adanya Allah, mereka justru menyekutukan-Nya. Salah satu hal yang sering dijadikan bahan keraguan adalah adanya kebangkitan setelah mati. Mereka ragu atau bahkan tidak percaya jika ada kebangkitan setelah kematian.
Kisah orang yang dibangkitkan setelah dimatikan seratus tahun ini akan memberikan kita banyak hikmah dan pelajaran sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Selain itu, dengan kisah ini kita akan tahu betapa berharganya setiap waktu yang kita lalui. Setiap waktu itu mengandung segala perbuatan kita, baik perbuatan baik ataupun buruk.
Kisah orang yang dibangkitkan setelah dimatikan seratus tahun ini akan memberikan kita banyak hikmah dan pelajaran sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Selain itu, dengan kisah ini kita akan tahu betapa berharganya setiap waktu yang kita lalui. Setiap waktu itu mengandung segala perbuatan kita, baik perbuatan baik ataupun buruk.
Mereka menganggap dunia adalah satu-satunya kehidupan yang ada sehingga tidak akan ada lagi kehidupan setelah itu. Oleh karena itulah, banyak dalil yang turun untuk menjelaskan bahwa akan ada kebangkitan manusia setelah mereka mati.
Hal ini dijelaskan dalam sebuah kisah Raja Bukhtanashar yang menghancurkan sebuah negeri bernama Baitul Maqdis. Semua penduduknya di bunuh dan bangungan yang megah itu pun ikut dirobohkan sampai rata dengan tanah.
Kemudian, lewatlah seorang laki-laki yang bernama Uzair. Inilah kisah Nabi Uzair dalam Al-Quran. Ketika melihat kehancuran negeri itu, ia bertanya bagaimana Allah akan menghidupkan kembali negeri itu setelah hancur. Pertanyaan ini dituliskan dalam ayat 259 syrat al-Baqarah. Maksud pertanyaan ini adalah mungkinkah negeri itu dapat kembali dibangkitkan setelah kerusakan yang begitu parah bahkan sudah tidak ada bekas kehidupan.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Allah kemudian mematikan ‘Uzair. Bahkan tidak hanya dirinya, keledai miliknya pun juga ikut mati sampai tulang belulangnya berserakan di samping. Setelah tujuh puluh tahun lamanya, Allah pun membangun lagi negeri yang telah hancur itu. Maka saat orang ini dihidupkan, Bani Israil sudah kembali ke negeri itu.
Setelah itu, orang ini dihidupkan lagi yang dimulai dari mata agar dapat melihat sekitar. Ia pun melihat negeri yang sebelumnya hancur dan sudah tidak berbentuk kemudian sudah berdiri lagi dan orang-orang sudah berlalu lalang di negeri itu layaknya tidak pernah terjadi apa-apa. Setelah penciptaannya sempurna, Allah bertanya kepada lelaki itu berapa lama ia tinggal di negeri itu.
Dikatakan jika lelaki itu dimatikan pada awal siang, dan dihidupkan lagi pada akhir siang. Kemudian ia menjawab bahwa ia telah tinggal di negeri itu satu atau bahkan setengah hari saja. Padahal, di dalam firman-Nya diketahui jika ia dimatikan selama seratus tahun, kemudian ia dihidupkan kembali oleh Allah.
Allah pun memerintahkan pada laki-laki itu agar memperhatikan makannya. Kemudian Allah menghidupkan keledainya dengan bantuan angin yang membawakan tulang-tulang menjadi satu. Tak lama kemudian tersusunlah keledai yang sangat baik tanpa daging. Lalu Allah menyelimuti tulang itu dengan daging, pembuluh darah, urat, juga kulit. Pada tahap terakhir, Allah memerintahkan malaikat untuk meniupkan roh melewati lubang hidung keledai. ‘Uzair pun dapat menyaksikan proses penciptaan keledainya atas izin Allah.
Oleh karena itu, keraguan mengenai kebangkitan setelah mati itu pun hilang. Ia pun mempercayai jika suatu saat nanti setelah kematian akan ada kebangkitan lagi dan akan ada kehidupan setelahnya, yaitu kehidupan di akhirat yang merupakan kehidupan hakiki.
0 Komentar untuk "Kisah Orang yang Dibangkitkan Setelah Dimatikan Seratus Tahun"