Manusia merupakan ciptaan Allah SWT yang sangat sempurna dan Allah SWT telah melengkapi manusia dengan lidah untuk berbicara dengan lancar. Lidah merupakan bagian tubuh yang tidak bertulang tetapi lidah merupakan senjata yang paling tajam untuk menusuk seseorang. Jika luka di tubuh karena sayatan pedang mampu disembuhkan dengan medis tetapi jika sakit hati akibat perkataan yang keluar dari lidah yang tidak terkontrol tidak mudah untuk disembuhkan bahkan luka akibat perkataan dapat dibawa hingga mati.
Allah SWT menciptakan manusia di dunia ini hanyalah untuk beribadah kepada-Nya dan terdapat sebuah kisah orang shaleh yang ‘salah’ berdoa sehingga dia harus menanggung resiko dari doa yang telah dipanjatkannya. Kisah ini dapat menjadi pelajaran bagi setiap muslim untuk menggunakan lisan dengan sebaik-baiknya karena lisan merupakan senjata yang paling tajam. Bagaimana kisahnya?
Islam selalu mengajarkan kepada setiap umatnya untuk menjaga lidah dengan hati-hati, jika seseorang tidak mampu menjaga lisannya maka diam merupakan hal yang paling mulia. Rosulullah selalu memberikan contoh kepada setiap umatnya untuk menjaga lisan yaitu dengan bertutur kata baik dan jika tidak diperlukan maka sebaiknya cukup dengan diam. Hal ini disebabkan karena lisan merupakan jaminan keselamatan seseorang setelah kemaluannya. Rosulullah juga menganjurkan kepada umatnya untuk mengatakan hal kebaikan saja atau lebih baik diam jika tidak mampu menyampaikan kebajikan kepada orang lain.
Ada sebuah kisah yang dapat menjadi pelajaran bagi setiap muslim agar selalu menjaga lisannya karena shalat orang-orang shaleh akan sirna jika mereka tidak menjaga lisannya. Kisah ini telah diceritakan oleh Ibnu Athailah dalam Al-Hikam yang cukup populer. Kisah ini menceritakan seorang muslim yang shaleh tetapi telah melakukan kesalahan dengan lisannya sehingga dia harus menanggung resiko dari lisannya.
Kala itu ada seorang muslim yang shaleh dan setiap harinya dia mambagi waktunya untuk bekerja dan untuk beribadah kepada Allah SWT. Dia bekerja untuk memenuhi kebutuhan jasadnya yaitu untuk makan dan minum, sedangkan dia beribadah untuk memenuhi kebutuhan jiwanya yaitu memenuhi kewajibannya sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.
Muslim shaleh tersebut mendapatkan satu potong roti setiap harinya sebagai upah bekerjanya dan roti itu cukup untuk memberikan energi bagi tubuhnya sehingga mampu beribadah kepada Allah SWT. Namun muslim shaleh ini ingin lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT disepanjang hari sehingga dia berdoa kepada Allah SWT agar dirinya mendapat dua potong roti setiap harinya tanpa harus bekerja sehingga dia dapat beribadah dengan lebih rajin dari sebelumnya.
Setelah mengucapkan doa yang terlintas dalam pikirannya tersebut, muslim shaleh ini tetap menjalankan aktivitasnya seperti biasanya yaitu bekerja dan beribadah kepada Allah SWT. Allah SWT mengabulkan doa orang shaleh ini dengan memberikan fitnah yang begitu kejam hingga dia harus dipenjara. Selama dipenjara muslim shaleh ini mendapat dua potong roti setiap harinya tanpa harus bekerja.
Di hari-hari pertamanya, dia beribadah lebih rajin untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT tetapi setelah berjalannya waktu muslim shaleh ini merasakan betapa menderitanya hidup di penjara karena meskipun dia tidak harus bekerja dan mendapatkan dua potong roti dengan gratis tetapi dia harus menerima hukuman siksaan yang cukup besar sehingga dia merasa tidak sanggup dan menyesali semua doa yang salah itu. Sang shaleh akhirnya memperbanyak istighfar dan menyadari bahwa bekerja merupakan salah satu wujud ibadah kepada Allah SWT jika diniatkan untuk beribadah kepada-Nya.
Demikian informasi seputar kisah orang shaleh yang ‘salah’ berdoa sebagai pelajaran bagi setiap muslim agar lebih berhati-hati dalam menggunakan lisannya, terutama saat berdoa meminta sesuatu kepada Allah SWT.
0 Komentar untuk "Kisah Orang Shaleh yang Salah Berdoa"