Standar Kebaikan Seseorang di Sisi Allah


Hal ini patut diketahui oleh para umat muslim karena masih banyak yang mengira bahwa untuk berada di sisi Allah mereka perlu menjadi kaya dan harus menjadi salah satu dari kalangan terhormat. Tidak harus menjadi cantik atau rupawan, tidak perlu menjadi golongan konglomerat, tidak perlu memiliki kekuasaan serta jabatan tinggi, tidak perlu harus keturunan bangsawan atau Arab untuk dapat berada di sisi Allah. Ukuran kebaikan seseorang untuk bisa diterima oleh Allah akan dibahas kali ini dan kiranya dapat menjadi renungan bagi kita semua untuk menjadi lebih baik.

Standar Kebaikan Seseorang di Sisi Allah

Rasulullah pernah bersabda bahwa siapapun yang kebaikan padanya Allah kehendaki, maka percayalah bahwa orang tersebut akan dijadikan Allah paham dalam agama. Ada 4 ayat yang terkait dengan keutamaan ahli dan ilmu di mana telah disebutkan di dalam kitab dari Riyadhush Shalihin seperti berikut.

• Tentang meminta kepada Allah untuk menambahkan ilmu pengetahuan.

• Tentang menjadi orang yang selalu dapat menerima pelajaran dan berakal.

• Tentang bagaimana Allah tidak ragu untuk membuat orang-orang beriman lebih tinggi dan orang-orang tersebut akan diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Bahkan perlu diingat bahwa Allah adalah Maha Mengetahui sehingga apapun yang kita kerjakan Dia akan selalu tahu.

• Standar kebaikan juga diukur tentang bagaimana seseorang dapat sesungguhnya takut terhadap Allah dan hanya orang-orang berilmu atau ulamalah yang demikian.

Mungkin sebagian dari kita masih begitu tidak mengerti akan apa yang dimaksud dengan ilmu. Ilmu di sini artinya adalah yang sudah dijelaskan pada dalil-dalil yang menyatakan tentang pahala, keutamaan, serta tingginya derajat orang-orang yang menuntutnya. Ilmu di sini pun adalah warisan Nabi, di mana dianggap sebagai ilmu yang baik dan ilmu syariat berdasarkan dengan keyakinan (akidah) dan juga praktik ibadah (amal). Orang-orang yang terpuji di sisi Allah adalah mereka yang menuntut ilmu serta mereka yang sudah mempelajari dan bahkan berniat untuk mengajarkannya kepada orang lain.

Bersama Allah meraih takdir baik dengan berada di sisi-Nya adalah harapan setiap umat muslim. Namun, ilmu yang hendaknya dimiliki bukanlah ilmu yang berhubungan dengan dunia, seperti teknologi, sejarah, perhitungan, dan lain-lainnya. Menuntut ilmu di sini juga dianggap sebagai jihad fi sabilillah yang sudah dijelaskan pada kitabullah. Maka, sudah jelas bahwa orang yang tidak tahu apa-apa atau orang yang tidak memiliki ilmu akan mampu melakukan amal ibadah berdasarkan apa yang dimaksudkan oleh syariat.

Difirmankan oleh Allah sendiri bahwa tidak selayaknya bagi para mukminin untuk beranjak pergi ke medan perang seluruhnya karena seharusnya pergi ke medan perang berdasarkan setiap golongan. Di antara mereka seharusnya ada yang tinggal untuk memperdalam ilmu akan agama. Ilmu yang didapat kemudian bisa digunakan untuk memberikan peringatan kepada kaumnya jika mereka telah kembali. Ilmu yang diberikan akan dapat memampukan mereka untuk menjaga diri.

Standar kebaikan di sisi Allah adalah mereka yang menggunakan waktu untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama. Belajar agama adalah lebih penting dan harus diutamakan dari berperang di jalan Allah atau jihad. Tidaklah mungkin seorang mujahid akan melakukan jihad, seseorang yang membayar zakat secara tepat, seseorang yang melaksanakan sholat dengan benar, seseorang yang melaksanakan haji dan umroh. Ilmu adalah landasan segala sesuatu. Telah diketahui bahwa ada melalui hadits-hadits tersebut bahwa keagungan tafaqquh fid din atau menuntut ilmu agama perlu dilaksanakan dan hal inilah yang menjadi standar kebaikan seseorang di sisi Allah.
0 Komentar untuk "Standar Kebaikan Seseorang di Sisi Allah"

Back To Top