Inilah Wanita Pertama yang Berperang di Jalan Allah


Banyak orang yang menganggap bahwa wanita adalah kaum lemah yang tidak bisa melakukan hal-hal berat, seperti berperang. Sebagian besar kisah juga menceritakan bahwa hanya laki-laki lah yang ikut dalam berperangan. Meskipun demikian, tak menghalangi wanita untuk bisa ikut berperang.

Inilah Wanita Pertama yang Berperang di Jalan Allah

Berperang adalah suatu peristiwa yang besar dimana sebagian besar hanya dilakukan oleh laki-laki. Meskipun demikian, wanita ini tidak gentar memasang dirinya di dalam baris peperangan. Inilah salah satu ciri wanita penghuni surga yang tidak takut untuk membela agama Allah. Ia adalah ahli ibadah, sosok yang sholehah, seorang istri dan ibu idaman serta ia menjadi barisan terdepan untuk berjihad di jalan Allah. Dia bukanlah wanita biasa dan telah dijamin oleh Allah akan menjadi penghuni surga. Dalam kisahnya, diketahui bahwa ia menjadi salah satu dari dua wanita yang ikut dalam baiat ‘Aqabah yang pertama, perang ‘Uhud, baiat Ridhwan, dan mempunyai andil besar dalam perang Yamamah dan Hinain.

Dalam beberapa riwayat diketahui bahwa wanita penuh pesona ini memiliki tiga sebutan, yaitu Ummu Amarah, Ummu Imarah, dan Ummu Umarah. Salah satu anak dari Ka’ab bin Amru ini dikenal sebagai muslimah agung yang tidak pernah mundur melawan musuh di peperangan, sebagai ahli ibadah dan memiliki pendirian kokoh. Sementara, riwayat lain mengatakan jika ia adalah wanita mulia dan perjuangan.

Meskipun Ummu Imarah wanita perisai Rasulullah sibuk dengan jihad dan dakwah, tapi ia tetap menjadi seorang istri dan ibu yang teladan di sepanjang zaman. Awalnya, ia menikah dengan Zaid bin ‘Ashim. Dalam pernikahan yang barakah ini Allah menganugerahi dua putra yang ikut serta untuk berjihad, yakni Habib dan ‘Abdullah.

Setelah suaminya meninggal, maka ia dinikahi oleh Ghazyah bin Amru. Sepasang suami istri ini juga dikaruniai seorang putri dan diberinya nama Khaulah. Beberapa riwayat menjelaskan bahwa ia bersama keluarganya mempunyai peranan penting dalam perjuangan di jalan Allah SWT.

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa ia juga seorang istri yang sangat memahami apa saja kewajiban yang harus dipenuhinya. Sementara, sebagai seorang ibu, ia mempunyai jiwa yang penuh dengan kasih sayang untuk anak-anaknya.

Kekaguman pada wanita sholehah ini tidak hanya berhenti sampai di situ. Ia juga tercatat sebagai wanita yang ahli ibadah. Atas izin suaminya, ia menjalankan puasa pada siang hari dan malam harinya digunakan untuk shalat dan berdzikir pada Allah. Hal ini dibuktikan dengan Syeikh Mahmud yang mengatakan bahwa ia kebingungan dari mana harus memulai kisahnya tentang wanita sholehah ini.

Berdasarkan cerita sahabat wanita Rasulullah ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa meskipun sebagai wanita tapi seharusnya itu tidak membuat kita berhenti untuk berjihad. Jihad dan membela ajaran Islam adalah kewajiban bagi setiap umat muslim. Meskipun demikian, kita juga harus mengetahui apa saja kewajiban bagi seorang istri dan ibu. Bukan berarti dengan ikut serta dalam berjihad lantas membuat kita lupa akan kewajiban atau kodrat sebagai seorang wanita. Semua amalan itu haruslah seimbang dalam pelaksanaannya. Terlebih, di zaman sekarang, berjihad tidak hanya bisa dilakukan dengan ikut berperang, tapi masih ada hal lain yang bisa kita lakukan dan bernilai jihad di hadapan Allah SWT.
1 Komentar untuk "Inilah Wanita Pertama yang Berperang di Jalan Allah"

Subhanalloh.... Smg para istri2 skrg minimal bisa dan mau menilai diri serta mau meniru sohibbah Rosull nan muslimah ini

Back To Top