Sebagai khalifah, pastinya Umar memiliki sikap dan perilaku yang baik sehingga dijadikan sebagai pemimpin pada masa itu, bahkan masih dikenal hingga sekarang. Kisahnya saat berdialog dengan tanah membuat banyak pertanyaan muncul.
Tanah merupakan tempat yang sekarang ini kita pijak. Dalam ilmu ilmiah, tanah merupakan salah satu benda mati yang tidak memiliki ciri-ciri sebagai makhluk hidup, seperti berbicara. Namun, dalam kisah ini apa yang dilakukan tanah diluar dugaan umat manusia.
Ayah Abdulllah bin Iyas pernah bercerita bahwa di suatu hari, Umar bin Abdul Aziz sedang mengantarkan jenazah salah satu keluarganya ke makam. Saat para pengiring meninggalkan makam itu, Umar dan satu sahabatnya masih berada di sisi makam tersebut.
Sahabat itu mengatakan bahwa jenazah itu telah meninggalkan Umar, tidakkah Umar juga ingin meninggalkannya. Kemudian Umar menjawab jika ia juga ingin meninggalkan jenazah itu, tapi makam yang ada di belakangnya seolah-olah memanggilnya dan mengatakan apakah Umar tidak ingin mengetahui apa yang dilakukan tanah atau makam itu pada orang yang dicintainya itu. Tanah itu mengatakan jika ia telah mengoyak-oyak kain kafan, mencabik-cabik tubuhnya, mengunyah dagingnya dan menghisap darahnya.
Tanah kembali bertanya apakah Umar tidak ingin tahu mengenai apa yang telah dilakukannya pada anggota tubuh jenazah tersebut. Kemudian tanah menjelaskan bahwa ia telah mencabut kedua telapak tangannya satu persatu dari tulang hastanya, kedua tulang hastanya dicabut dari tulang lengan atasnya, dan kedua lengan atasnya dicabut dari tulang pundaknya. Bahkan ia juga mencabut kedua tulang pangkal paha satu persatu dari kedua pahanya, kedua pahanya dicabut dari tulang betisnya, dan kedua betisnya dicabut dari kedua telapak kakinya.
Saat Khalifah Umar berbicara dengan tanah itulah Umar menangis dan mengatakan bahwa bukankah dunia itu fana. Orang mulia bisa dihina, orang kaya bisa jadi miskin, orang muda akan menjadi tua dan orang hidup akhirnya akan mati juga.
Berdasarkan kisah dialog Khalifah Umar dengan tanah, bukanlah kemampuan Khalifah Umar yang menjadi titik fokusnya, melainkan kehidupan manusia di alam kubur. Di dalam Islam kita mengenal beberapa kehidupan setelah akhirnya berada di kehidupan yang hakiki yakni kehidupan di akhirat, surga atau neraka. Namun, sebelum mencapainya, kita harus hidup terlebih dahulu di kehidupan dunia. Setelah kita tiada, maka kita akan memasuki alam kubur.
Di alam kubur, tidak ada yang bisa membantu selain amalan kita di dunia. Pastinya kita sudah tahu bahwa di alam kubur kelak, malaikat Munkar dan Nangkir akan memberikan beberapa pertanyaan mengenai keimanan kita, seperti siapa Tuhan kita, siapa Rasul kita, apa kitab kita dan lain sebagainya. Jika kita menjawabnya di dunia, maka akan terasa sangat mudah.
Tapi, apakah kemudahan itu masih bisa kita rasakan jika kita menjawabnya di alam kubur. Apabila selama kita hidup tidak menjalankan perintah-Nya atau justru melakukan larangan-Nya, maka kita akan kesulitan bahkan tidak dapat menjawabnya. Akhirnya, kita akan mendapat siksaan di alam kubur seperti yang telah disampaikan oleh tanah itu. Betapa mengerikannya jika hal itu terjadi pada kita dan orang-orang tersayang.
Oleh karena itu, sudah seharunys jika kisah ini menjadi pelajaran bagi kita untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi dan jangan lupa untuk senantiasa mengingatkan orang lain dalam kebaikan. Demikian pengalaman Khalifah Umar berdialog dengan tanah yang dapat kita ambil hikmahnya.
0 Komentar untuk "Kisah Khalifah Umar Berdialog Dengan Tanah"