Air wudhu tidak hanya berguna sebagai syarat untuk kita mendirikan shalat, tapi juga memiliki manfaat lain untuk diri kita. Beberapa di antaranya adalah dapat membuat wajah semakin bersinar. Kisah kali ini menceritakan bahwa ada salah seorang laki-laki yang bernama Sulaiman bin Mihrain Al-A’masy. Ia senantisa menjaga kesucian dirinya dari berbagai hal yang dapat membatalkan wudhu. Saat ia batal dari wudhu, maka ia dengan segera mengambil air wudhu kembali.
Ia mengenakan pakaian yang tampak sederhana, bahkan sangat sederhana. Saat seorang tabi’in mendatangi majelis, tampilannya menjadi pusat perhatian orang banyak. Ia adalah Sulaiman bin Mihrain yang merupakan seorang ulama yang tidak memperhatikan penampilannya dengan baik.
Sulaiman terkenal sebagai sosok yang unik sehingga membuat banyak orang kebingungan, bahkan sering juga yang meremehkan dirinya. Pernah pada suatu hari Sulaiman mendatangi majelis dengan Ibnu Abi Laila, seluruh pandangan pun tertuju pada Sulaiman dengan pakaian lusuh yang tak bernilai itu.
Salah seorang di majelis itu menanyakan pada Ibnu Abi, mengapa ia membawa seseorang seperti ini (dengan pakaian lusuh) untuk menghadiri majelis fiqih. Ibnu pun mengatakan bahwa Sulaiman Al A’masy adalah guru kita.
Setelah mendengar jawaban dan penjelasan Ibnu Abi, semua orang yang datang di majelis itu pun tertunduk malu. Rasa bersalah muncul karena mereka telah meremehkan orang yang merupakan ahli hadits dimana ia telah hafal sekitar 4 ribu hadits.
Hampir tujuh tahun, Sulaiman tidak pernah ketinggalan dalam takbiratul ikhram rekaat pertama di shalat berjamaah. Ia juga berada di shaf pertama saat shalat berjamaah.
Begitu halnya dalam berwudhu, ia hampir tidak melupakan wudhu apabila wudhunya sudah batal. Diriwayatkan bahwa saat Sulaiman terbangun dari tidurnya dan tidak sempat berwudhu maka ia senantiasa bertayamun. Keutamaan mengambil wudhu ini selalu membuatnya melakukan saat wudhunya batal.
Sebuah riwayat mengatakan bahwa ulama yang sederhana ini meninggal dunia pada bulan Rabi’ul Awal tahun 148 hijriyah di usianya 87 tahun.
Jarir meriwayatkan bahwa setelah Sulaiman wafat, ia pernah memimpikan beliau. Jarir pun bertanya dalam mimpi mengenai keadaan Sulaiman sekarang. Dalam mimpi tersebut, Sulaiman mengatakan bahwa ia telah selamat dengan pengampunan Allah Ta’ala dan segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam.
Ternyata, Sulaiman mendapatkan nikmat di alam kubur karena seluruh amal ibadahnya selama masih hidup di dunia. Salah satu amalan itu ialah, dalam hidupnya ia selalu membuat tubuhnya dalam keadaan suci dengan air wudhu. Tidak hanya saat akan shalat, tapi kita bisa mengambil air wudhu untuk membuat diri segar dalam melakukan berbagai aktivitas.
Berdasarkan penjelasan di atas, kita tahu bahwa wudhu memberikan pengaruh penting dalam amalan kita. Seperti yang kita tahu, bahwa sebelum mendirikan shalat maka kita diwajibkan untuk berwudhu untuk mensucikan diri. Dalam berwudhu terdapat rukun yang harus kita lakukan dengan benar. Selain untuk mensucikan diri, manfaat wudhu menurut Islam yang lain, yakni membuat wajah semakin bersinar dengan sinar orang yang beriman. Selain itu, wudhu juga dapat menjaga kesabaran kita dan menghindarkan diri dari amarah. Seperti yang kita tahu bahwa saat kita marah maka kita diminta untuk berwudhu. Oleh karena itu, semangat beramal dan beriman harus kita contoh dari sosok Sulaiman.
0 Komentar untuk "Terhindar Dari Adzab Kubur Karena Sering Wudhu"